Ide usaha Spageti, Milkshake dan Cafe Latte dari Singkong

Keinginan untuk menciptakan makanan yang lebih sehat dengan memanfaatkan bahan-bahan alami, bebas pengawet maupun bahan kimia sintetis, mengantarkan Agatha Audiana Soesilo, Hagi Pranata dan Jonny mengukir prestasi di tingkat nasional. First Runner Up National Business Plan Competition EURECA “Entrepreneur Creative Challenge” 2016 di Prasetiya Mulya Business School adalah satu dari sekian prestasi yang mereka torehkan. Bermula dari mata kuliah Brand & Product Management yang dipandu oleh Hendro Susanto SE., MM., ketiganya belajar membuat kemasan maupun logo dan merk produk penganan siap saji ‘Love Tela’ dengan slogan ‘Cinta Singkong Indonesia’.
“Singkong adalah produksi hasil tani terbesar ke-2 di Indonesia, tapi selama ini lebih umum dipergunakan untuk bahan-bahan cemilan seperti keripik, jajanan tradisional atau langsung dikonsumsi sebagai makanan pokok di beberapa daerah, namun belum ada yang memanfaatkan singkong untuk spageti ataupun milkshake. Padahal kalau dibentuk begitu singkong akan mengalami peningkatan nilai yang signifikan, bahkan bisa masuk ke dalam bisnis kuliner yang lebih luas,” ungkap Agatha yang tergabung dalam Tim OWL bersama rekannya Hagi dan Jonny.
Sebagai mahasiswa jurusan Manajemen Fakultas Bisnis, cukup sulit bagi mereka untuk menghasilkan produk makanan yang layak hingga lolos uji, oleh sebab itu Agatha dan Hagi berulang kali berkonsultasi ke Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Teknologi Pangan. Hasilnya luar biasa, meski berulang kali gagal mereka tidak menyerah. Bahkan tidak berhenti di spageti dan milkshake, mereka juga berinovasi menghasilkan coffee latte dari bahan singkong.
“Di sana kami belajar tentang zat- zat pengawet yang ternyata tidak baik untuk dipergunakan dalam pengolahan bahan makanan, dari pengalaman itulah kami berusaha membuat produk makanan yang memanfaatkan bahan alami, namun cukup awet dan aman untuk dikonsumsi,” ungkap Agatha. Demi mencari bahan baku yang murah tapi bermanfaat, tim mahasiswa jurusan Manajemen Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang memilih nama OWL ini telah mencoba beberapa hasil bumi lainnya seperti jagung dan lain-lain sebelum akhirnya memutuskan menggunakan singkong.
Mereka sengaja memilih nama OWl yang berarti burung hantu karena terinspirasi oleh kemampuan burung tersebut untuk memutar kepalanya hampir 360 derajat. “Ibaratnya, kami berharap mampu melihat segala permasalahan di sekeliling sebelum berusaha untuk menemukan solusinya,” ujar Hagi. Kelompok yang memilih basis bisnis sociopreneur ini mempersiapkan rencana bisnisnya selama tiga hingga empat bulan dan menguji kemampuan mereka dengan mengikuti lomba demi lomba. Tidak seluruhnya membuahkan prestasi, namun kegagalan justru menginspirasi mereka untuk mencari suatu cara untuk mengangkat nilai hasil alam Indonesia, khususnya singkong yang selama ini termarjinalkan. Menampilkan singkong dalam wujud spageti, membuat umbi tersebut bisa dinikmati lebih banyak orang. “Rasanya memang kami sesuaikan dengan selera lidah orang Indonesia, tetapi kalau dibuat seperti ini kan terbuka juga kemungkinan untuk dinikmati dunia internasional,” ujar Hagi.***http://ukwms.ac.id/

No comments

Post a Comment

Home